Ekonomi: Pertumbuhan Stabil tapi Tantangan BesarEkonomi Indonesia menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian global, dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,87% (yoy) pada kuartal I 2025, didukung oleh konsumsi rumah tangga (54,5% dari PDB) dan sektor pertanian yang tumbuh 10,52%. Namun, ada beberapa tantangan:
- Daya beli menurun: Banyak ekonom mencatat pelemahan konsumsi rumah tangga karena pendapatan yang terbatas, terutama di kalangan menengah ke bawah. Fenomena "Rojali" (rombongan jarang beli) mencerminkan ini.
- Utang dan defisit: Defisit APBN 2025 diproyeksikan melebar menjadi Rp662 triliun (2,78% dari PDB), dengan utang luar negeri mencapai 430,5 miliar dolar AS. Meski rasio utang terhadap PDB (30,6%) masih aman, ruang fiskal makin sempit.
- Ketimpangan dan deindustrialisasi: Industri manufaktur stagnan (kontribusi hanya 17,5% terhadap PDB), jauh dari standar negara industri (25-30%). Ini bisa memicu PHK massal jika tidak ditangani.
- Optimisme pemerintah: Pemerintah tetap optimis, dengan fokus pada kebijakan pro-investasi dan stimulus fiskal, seperti kenaikan dana desa 2026 sebesar Rp83 triliun dan program "work from Bali" untuk pariwisata.
- Demonstrasi besar: Ada gelombang protes terkait isu keadilan fiskal, ketimpangan ekonomi, dan kesejahteraan. Demonstrasi ini menyebabkan kerusakan infrastruktur, dengan kerugian di Jakarta saja mencapai Rp50,4 miliar.
- Tuduhan makar dan penanganan polisi: Presiden Prabowo menuduh adanya makar tanpa penjelasan jelas, dan penanganan demonstrasi oleh polisi dianggap berlebihan, berpotensi melanggar HAM.
- Korupsi: Kasus korupsi, seperti dugaan korupsi kuota haji 2024 yang melibatkan eks-Menteri Agama Yaqut Cholil, menambah ketidakpercayaan publik.
- Polarisasi politik: Politik identitas dan polarisasi masih menjadi tantangan, terutama pasca-Reformasi, dengan korupsi yang dianggap sistemik menghambat pembangunan.
- Ketimpangan sosial: Meski Indeks Ketimpangan Gender (IKG) membaik (0,421 di 2024 dari 0,447 di 2023), ketimpangan sektoral dan wilayah masih tinggi.
- Masalah gizi dan kesehatan: Di daerah seperti Merauke, Papua, anak-anak mengalami gizi buruk dan penyakit kulit akibat dampak proyek lumbung pangan.
- Sentimen publik: Postingan di X mencerminkan frustrasi masyarakat terhadap korupsi besar-besaran, brutalitas aparat, dan ketidakadilan sosial, seperti kasus balita yang tak mendapat perawatan karena tidak punya BPJS.
- Deforestasi: Indonesia kehilangan lebih dari 1 juta hektar hutan tropis setiap tahun karena ekspansi kelapa sawit dan penebangan liar, menyebabkan kerusakan habitat dan perubahan iklim.
- Polusi: Sungai dan laut tercemar limbah, sementara kota-kota besar seperti Jakarta menghadapi polusi udara parah.
- Cuaca ekstrem: BMKG memperingatkan potensi hujan dengan intensitas beragam, yang bisa memengaruhi aktivitas masyarakat.
- Prestasi internasional: Pelajar Indonesia meraih medali di Olimpiade Astronomi Dunia (IOAA 2025), dan industri fashion Indonesia, seperti brand IKYK, mulai menembus pasar global.
- Diplomasi budaya: Acara seperti Muhibah Angklung di Brisbane dan Indonesian Festival Vancouver 2025 mempromosikan budaya Indonesia, menghasilkan transaksi miliaran rupiah.
0 Comments:
Posting Komentar